Positif

Tanggal 9 Februari lalu, saya dan beberapa orang tim internal dinyatakan positif oleh salah satu lab. Melihat hasilnya, saya merasa tidak yakin dan tidak puas karena badan saya rasanya sehat, tidak demam, tidak juga pegal/linu, pokoknya semua gejala tidak saya rasakan. Hal ini membuat saya langsung mengajak tim saya untuk mencari opsi lain; test di 1 lab lain pada malam itu juga dan 2 rumah sakit swasta di Jakarta esoknya.

Hasilnya, saya dinyatakan negatif dari 3 alternatif itu. Tapi di malam saat saya dinyatakan positif, saya sudah masuk ke dalam daftar positif Kemenkes sehingga status di aplikasi Peduli Lindungi pun otomatis berubah menjadi hitam.

Pada akhirnya, joke saya yang terinspirasi dari konten di Tiktok ketika belum pernah terpapar covid, “saya pengen terus jadi favorit Tuhan” ternyata salah selama ini. Bukan hanya menjadi favorit, tapi saya ternyata sangat disayang Tuhan.

Status positif Covid ini membuat saya jadi mengerti sekali bagaimana rasanya mental dihantam sehingga membuat down sekali. Bukan hanya terjadi di saya saja, tapi juga di tim saya. Kami sama-sama saling menguatkan dan yakin bahwa this too shall pass.

Malam itu juga, saya memutuskan tetap melakukan isolasi mandiri di rumah dan akan melakukan test ulang sesuai dengan prosedur. Begitu juga dengan aktivitas kantor, semua dilakukan secara WFH. Minimal saya tidak ikut menyebarkan virus ini kalau memang saya positif.

Dan hari ini saya melakukan test PCR kembali dan hasilnya negative. Status saya di Peduli Lindungi pun sudah kembali hijau. Yay!. Tapi saya memutuskan masih meminimalisir melakukan kegiatan diluar rumah karena masih ada ketakutan terpapar kembali.

Saya mendoakan semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Amin.